Antara by Lrynch Fruhling
Naruto milik Masashi Kishimoto. Saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam pembuatan fanfiksi ini.
Prompt:19
Kategori: SasuSaku Fiction for AU
Rating: T
Rating: T
Summary: Ada tiga hal yang menjadi prioritas hidup Sasuke. Tomat, headset, dan pastinya Haruno Sakura. Namun, mana yang menjadi prioritas utama Sasuke? Tidak ada yang tahu, bahkan Sakura sendiri tidak tahu.
...
I.
Antara Sakura, tomat, dan headset.
Lagi.
Untuk kesekian kalinya manik emerald Sakura kembali melihat fenomena yang sama dalam waktu yang
berbeda. Fenomena yang ia lihat tak lain dan tak bukan ialah sosok Uchiha yang
tengah memejamkan mata di tempat duduknya yang berada di pojok kanan dekat
jendela dengan headset yang
bertengger di telinganya.
Tidak seperti di tahun pertama, pada tahun kedua ini, Sasuke
dan Sakura tidak di kelas yang sama. Itulah mengapa Sakura kerap kali
mengunjungi Sasuke kala waktu istirahat. Mungkin orang-orang yang tidak
mengenal mereka akan berpikir bahwa Sasuke adalah lelaki yang tidak tahu tata
krama karena membiarkan perempuan yang menghampirinya. Namun hal itu tidak
diambil pusing oleh mereka berdua. Toh, yang mengalaminya bukan orang tersebut,
melainkan hanya Sasuke dan Sakura.
“Sasuke-kun.”
Sentuhan jari telunjuk didaratkan oleh Sakura pada pipi lelaki bermanik onyx tersebut.
Salah satu alis Sasuke terangkat sedikit sebagai bentuk
responsnya akan perlakuan Sakura terhadapnya. Namun gadis itu tidak puas dengan
respons yang didapatnya. Sebagai balasannya, Sakura dengan cepat melepaskan headset yang ada pada telinga kiri
Sasuke.
Niat awal Sakura sih ingin memasangkan headset itu pada salah satu telinganya, tapi tangan Sasuke bergerak
lebih cepat untuk merebut kembali headset-nya
dari tangan Sakura.
“Anak kecil tidak boleh dengar.” Selalu kalimat itu yang
dilontarkan oleh Sasuke setiap kali Sakura hendak mencuri dengar lagu yang
sedang didengar oleh lelaki itu. Awalnya memang Sakura biasa saja, namun
seiring berjalannya waktu ia penasaran dengan apa yang didengarkan Sasuke
selama ini.
Kedua tangan menyilang di depan dada, lengkap dengan pipi
yang membulat sempurna, itulah hal yang dilakukan gadis bermarga Haruno
tersebut. Dan seperti yang gadis itu tahu pula, Sasuke tidak akan pernah ambil
pusing dengan aksi ngambeknya.
Bukannya tidak peduli dengan kekasihnya, malah sebaliknya.
Sasuke tahu bahwa Sakura tidak akan bisa bertahan lama dengan pose seperti itu.
Bingo! Analisa Sasuke memang benar
adanya. Tak sampai satu menit, kedua pipi Sakura telah kembali normal sedang
salah satu tangannya kini sudah sibuk menarik tangan Sasuke agar ia bangkit
dari kursinya.
“Yuk, ke kelasku—“
Belum sempat Sakura menyelesaikan kalimatnya, Sasuke sudah
memotong ucapan Sakura dengan mengucapkan sambungan kalimat yang akan diucapkan
oleh gadis itu dengan nada datar. “—bekal untukmu sudah siap. Kali ini jangan
hanya makan tomatnya saja, ya, Sasuke-kun.”
Tidak mencoba menyangkal, manik emerald Sakura hanya berputar pada porosnya. “Anak pintar,”
komentar Sakura sambil menepuk puncak kepala kekasihnya.
“Hn,” respons Sasuke yang akhirnya beranjak dari kursi yang
sedari tadi didudukinya.
Urutan sementara: headset peringkat
satu, tomat peringkat dua, Sakura peringkat … entahlah.
…
II.
Antara Sakura dan headset bagian satu.
Haruno Sakura menatap tumpukan buku di hadapannya dengan
pasrah. Helaan napas panjang terkadang diembuskan olehnya. Sesekali lirikan
singkat dilemparkan oleh Sakura, yang dapat diartikan sebagai kode
minta-diajarkan, pada Sasuke yang tengah asik mengerjakan soal sambil
mendengarkan lagu lewat headset putih
kesayangannya.
Namun, meski Sakura telah sepuluh kali melirik Sasuke,
lelaki itu tak kunjung balas melirik Sakura. Dasar Sasuke-kun tidak peka,
begitulah pikirnya sambil melirik singkat kekasihnya sebelum ia benar-benar
mulai fokus pada tumpukan buku yang ada di depannya.
Puk. Sebuah
penghapus jatuh tepat di pucuk kepala Sakura sukses membuyarkan fokusnya.
Tidak butuh kekuatan supranatural pun, gadis itu dapat
menebak siapa yang melemparkan penghapus itu, yang sialnya, tepat di kepalanya.
Tersangka utamanya pastilah Uchiha Sasuke. Ha, siapa lagi kalau bukan dia.
Dengusan sebal tentu keluar dari bibir Sakura. Bagaimana
tidak, bukannya membantu menjelaskan, yang ia terima malah lemparan penghapus
yang jelas tidak dapat menjelaskan apa-apa padanya. Cepat, ia tolehkan
kepalanya ke sisi kiri tubuhnya hanya untuk sekadar melempar kembali penghapus
itu pada pemiliknya.
‘Lihat bagian belakang
penghapusnya.’ Kalimat itulah yang diterima oleh Sakura saat ia membelokkan
pandangannya ke tempat Sasuke berada. Rentetan kata itu tertulis sedikit
berantakan pada selembar kertas kosong yang dipegang Sasuke. Melupakan niatan
awalnya, Sakura mengikuti apa yang ditulis oleh Sasuke dengan patuh. Tak
berselang lama, segaris senyum terbentuk di wajahnya.
Ganbatte.
Itulah yang ditulis Sasuke pada
penghapus tersebut. Memang hanya satu kata, namun itu sudah lebih dari cukup
untuk Sakura. Akan tetapi, belum sampai setengah menit Sakura dibuat senang
oleh Sasuke, sebuah benda, kali ini lebih ringan dari penghapus, jatuh di atas
kepala Sakura. Kali ini hanya berupa gumpalan kertas yang berisi halaman-halaman
penting yang harus dibaca Sakura agar mengerti dengan pelajarannya.
Sakura menoleh, hendak berkata
terima kasih, namun niatnya gagal karena manik matanya menangkap sosok
kekasihnya telah terlelap dengan posisi bersandar pada dinding dan headset masih terpasang di telinganya.
Menghela napas pendek sambil
tersenyum, hanya itulah yang dapat dilakukan Sakura saat ini. “Terima kasih,
Sasuke-kun.”
Urutan
sementara: headset masih pada
peringkat satu, Sakura sudah jelas berada di peringkat dua
…
III.
Antara Sakura dan headset bagian dua.
Minggu siang yang terik bukanlah waktu yang tepat untuk
jalan-jalan, itulah yang dipikirkan oleh Sasuke dan Sakura. Pemikiran itu
jugalah yang menjadi alasan mengapa mereka berdua hanya duduk, sibuk dengan
ponsel masing-masing, di kamar Sasuke. Rada ansos, sih, memang.
“Sasuke-kun,” ujar
Sakura sambil menepuk pelan lengan tangan kiri Sasuke. Sepasang matanya masih
tetap fokus pada layar ponselnya.
Tidak ada respons yang berarti dari Sasuke. Bahkan respons
khas Sasuke saja tidak terucap dari mulutnya. Sadar tidak digubris, gadis itu
mulai meluncurkan rengekannya. Bibirnya mengerucut jenaka, fokusnya kini sudah
berpindah pada Sasuke yang masih sibuk dengan ponsel dan headset-nya.
“Sasuke-kun …,”
rengek Sakura menarik ujung kaos Sasuke, “… ambilkan minum, ya?”
“… Hn,” respons Sasuke singkat sambil melepaskan headset-nya.
Sakura hampir berteriak girang karena akhirnya Sasuke
bereaksi. “Jangan lama-lama!”
Blam.
Sosok Sasuke menghilang ditelan oleh pintu, membuat kamar
berukuran persegi Sasuke terasa sedikit hampa. Bosan, emerald Sakura bergerak, mencari sesuatu yang bisa ia isengi. Dan, tada! Indra penglihatannya tertuju pada
ponsel beserta headset yang
ditinggalkan Sasuke.
Kesempatan untuk mencari tahu apa yang selama ini didengar
oleh Sasuke akhirnya tiba! Tanpa pikir panjang, ia pun mengambil ponsel putih
yang tergeletak di lantai. Beruntung Sasuke bukan tipe orang yang suka memberi
kode pada ponselnya.
Karena itu, mudahlah bagi Sakura untuk mengutak-atik
ponselnya. Namun, belum sempat ia menekan list
lagu yang dimainkan oleh Sasuke, ponsel tersebut telah direbut oleh
pemiliknya.
“Yaaahh,” desah Sakura, refleks mengerutkan alisnya. Kesal karena
gagal membuka salah satu rahasia yang selalu Sasuke simpan sendiri.
Sasuke menatap Sakura dalam diam, sedang tangannya
menyodorkan segelas air putih dingin pada kekasihnya yang langsung diterima
Sakura dengan ekspresi cemberut.
Membuang muka adalah hal pertama yang dilakukan Sakura yang
kemudian dilanjutkan dengan meminum air itu. Sebuah ponsel yang disodorkan ke
depan wajahnya membuat perhatian Sakura teralihkan. Selanjutnya, hanya tatapan
bingung tanpa suaralah yang dilemparkan oleh gadis itu.
“Kau mau tahu, kan? Dengar saja,” jawab Sasuke, menatap
dalam emerald milik Sakura.
Mata Sakura berkejap pelan. “Eh? Serius?”
Pertanyaan itu hanya dijawab Sasuke dengan gerakan
memasangkan headset putihnya ke salah
satu telinga Sakura. Sedang satunya lagi ia masukkan pada telinganya sendiri. Lelaki
itu membuka kunci ponselnya, namun gerakannya terhenti sebelum memutarkan apa
yang selama ini ia dengar. Penasaran, Sakura mendekatkan wajahnya ke wajah
Sasuke untuk dapat melihat layar ponsel lelaki itu.
Voice one, voice two,
voice three, itulah yang terbaca oleh Sakura. Alisnya berkerut bingung,
tidak dapat menebak apa isi dari file itu.
“Sebenarnya yang kudengarkan selama ini adalah…,” indra
pendengaran Sakura dapat menangkap suara Sasuke yang kemudian digantikan dengan
suara yang sudah tidak asing lagi di telinga gadis itu.
Sakura hanya diam, menatap kosong layar ponsel milik Sasuke.
Pikirannya terfokus pada suara yang mengalir lewat headset yang terhubung pada telinganya.
“… suaramu.” Sasuke mengakhiri perkataannya dengan gerakan
tangan yang bermaksud merangkul Sakura agar mendekat padanya.
Ah … sampai detik ini pun Sakura masih tidak dapat
berkomentar apa-apa. Suara ini … suara yang selalu didengarkan Sasuke setiap
saat … ternyata adalah suara Sakura yang direkam oleh Sasuke diam-diam. Tanpa
sadar, setitik demi setitik air matanya mengalir. Terharu, jelas sekali Sakura terharu. Melihat
Sakura yang menangis, Sasuke pun menepuk pelan kepala gadis itu.
“Itulah mengapa selama ini aku tidak mau memberitahukannya
padamu, Sakura.”
Peringkat tetap: Sakura … kaulah yang selalu menjadi prioritas utama
Sasuke. Bukan tomat, bukan juga headset.
… fin …