Rabu, 10 Juni 2015

Antara

Antara by Lrynch Fruhling
Naruto milik Masashi Kishimoto. Saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam pembuatan fanfiksi ini.
Prompt:19
Kategori: SasuSaku Fiction for AU
Rating: T
Summary: Ada tiga hal yang menjadi prioritas hidup Sasuke. Tomat, headset, dan pastinya Haruno Sakura. Namun, mana yang menjadi prioritas utama Sasuke? Tidak ada yang tahu, bahkan Sakura sendiri tidak tahu.

...
I.                    Antara Sakura, tomat, dan headset.
Lagi.
Untuk kesekian kalinya manik emerald Sakura kembali melihat fenomena yang sama dalam waktu yang berbeda. Fenomena yang ia lihat tak lain dan tak bukan ialah sosok Uchiha yang tengah memejamkan mata di tempat duduknya yang berada di pojok kanan dekat jendela dengan headset yang bertengger di telinganya.
Tidak seperti di tahun pertama, pada tahun kedua ini, Sasuke dan Sakura tidak di kelas yang sama. Itulah mengapa Sakura kerap kali mengunjungi Sasuke kala waktu istirahat. Mungkin orang-orang yang tidak mengenal mereka akan berpikir bahwa Sasuke adalah lelaki yang tidak tahu tata krama karena membiarkan perempuan yang menghampirinya. Namun hal itu tidak diambil pusing oleh mereka berdua. Toh, yang mengalaminya bukan orang tersebut, melainkan hanya Sasuke dan Sakura.
“Sasuke-kun.” Sentuhan jari telunjuk didaratkan oleh Sakura pada pipi lelaki bermanik onyx tersebut.
Salah satu alis Sasuke terangkat sedikit sebagai bentuk responsnya akan perlakuan Sakura terhadapnya. Namun gadis itu tidak puas dengan respons yang didapatnya. Sebagai balasannya, Sakura dengan cepat melepaskan headset yang ada pada telinga kiri Sasuke.
Niat awal Sakura sih ingin memasangkan headset itu pada salah satu telinganya, tapi tangan Sasuke bergerak lebih cepat untuk merebut kembali headset-nya dari tangan Sakura.
“Anak kecil tidak boleh dengar.” Selalu kalimat itu yang dilontarkan oleh Sasuke setiap kali Sakura hendak mencuri dengar lagu yang sedang didengar oleh lelaki itu. Awalnya memang Sakura biasa saja, namun seiring berjalannya waktu ia penasaran dengan apa yang didengarkan Sasuke selama ini.
Kedua tangan menyilang di depan dada, lengkap dengan pipi yang membulat sempurna, itulah hal yang dilakukan gadis bermarga Haruno tersebut. Dan seperti yang gadis itu tahu pula, Sasuke tidak akan pernah ambil pusing dengan aksi ngambeknya.
Bukannya tidak peduli dengan kekasihnya, malah sebaliknya. Sasuke tahu bahwa Sakura tidak akan bisa bertahan lama dengan pose seperti itu. Bingo! Analisa Sasuke memang benar adanya. Tak sampai satu menit, kedua pipi Sakura telah kembali normal sedang salah satu tangannya kini sudah sibuk menarik tangan Sasuke agar ia bangkit dari kursinya.
“Yuk, ke kelasku—“
Belum sempat Sakura menyelesaikan kalimatnya, Sasuke sudah memotong ucapan Sakura dengan mengucapkan sambungan kalimat yang akan diucapkan oleh gadis itu dengan nada datar. “—bekal untukmu sudah siap. Kali ini jangan hanya makan tomatnya saja, ya, Sasuke-kun.”
Tidak mencoba menyangkal, manik emerald Sakura hanya berputar pada porosnya. “Anak pintar,” komentar Sakura sambil menepuk puncak kepala kekasihnya.
“Hn,” respons Sasuke yang akhirnya beranjak dari kursi yang sedari tadi didudukinya.
Urutan sementara: headset peringkat satu, tomat peringkat dua, Sakura peringkat … entahlah.
II.                  Antara Sakura dan headset bagian satu.
Haruno Sakura menatap tumpukan buku di hadapannya dengan pasrah. Helaan napas panjang terkadang diembuskan olehnya. Sesekali lirikan singkat dilemparkan oleh Sakura, yang dapat diartikan sebagai kode minta-diajarkan, pada Sasuke yang tengah asik mengerjakan soal sambil mendengarkan lagu lewat headset putih kesayangannya.
Namun, meski Sakura telah sepuluh kali melirik Sasuke, lelaki itu tak kunjung balas melirik Sakura. Dasar Sasuke-kun tidak peka, begitulah pikirnya sambil melirik singkat kekasihnya sebelum ia benar-benar mulai fokus pada tumpukan buku yang ada di depannya.
Puk. Sebuah penghapus jatuh tepat di pucuk kepala Sakura sukses membuyarkan fokusnya.
Tidak butuh kekuatan supranatural pun, gadis itu dapat menebak siapa yang melemparkan penghapus itu, yang sialnya, tepat di kepalanya. Tersangka utamanya pastilah Uchiha Sasuke. Ha, siapa lagi kalau bukan dia.
Dengusan sebal tentu keluar dari bibir Sakura. Bagaimana tidak, bukannya membantu menjelaskan, yang ia terima malah lemparan penghapus yang jelas tidak dapat menjelaskan apa-apa padanya. Cepat, ia tolehkan kepalanya ke sisi kiri tubuhnya hanya untuk sekadar melempar kembali penghapus itu pada pemiliknya.
‘Lihat bagian belakang penghapusnya.’ Kalimat itulah yang diterima oleh Sakura saat ia membelokkan pandangannya ke tempat Sasuke berada. Rentetan kata itu tertulis sedikit berantakan pada selembar kertas kosong yang dipegang Sasuke. Melupakan niatan awalnya, Sakura mengikuti apa yang ditulis oleh Sasuke dengan patuh. Tak berselang lama, segaris senyum terbentuk di wajahnya. 
Ganbatte.
Itulah yang ditulis Sasuke pada penghapus tersebut. Memang hanya satu kata, namun itu sudah lebih dari cukup untuk Sakura. Akan tetapi, belum sampai setengah menit Sakura dibuat senang oleh Sasuke, sebuah benda, kali ini lebih ringan dari penghapus, jatuh di atas kepala Sakura. Kali ini hanya berupa gumpalan kertas yang berisi halaman-halaman penting yang harus dibaca Sakura agar mengerti dengan pelajarannya.
Sakura menoleh, hendak berkata terima kasih, namun niatnya gagal karena manik matanya menangkap sosok kekasihnya telah terlelap dengan posisi bersandar pada dinding dan headset masih terpasang di telinganya.
Menghela napas pendek sambil tersenyum, hanya itulah yang dapat dilakukan Sakura saat ini. “Terima kasih, Sasuke-kun.”
 Urutan sementara: headset masih pada peringkat satu, Sakura sudah jelas berada di peringkat dua
III.                Antara Sakura dan headset bagian dua.
Minggu siang yang terik bukanlah waktu yang tepat untuk jalan-jalan, itulah yang dipikirkan oleh Sasuke dan Sakura. Pemikiran itu jugalah yang menjadi alasan mengapa mereka berdua hanya duduk, sibuk dengan ponsel masing-masing, di kamar Sasuke. Rada ansos, sih, memang.
“Sasuke-kun,” ujar Sakura sambil menepuk pelan lengan tangan kiri Sasuke. Sepasang matanya masih tetap fokus pada layar ponselnya.
Tidak ada respons yang berarti dari Sasuke. Bahkan respons khas Sasuke saja tidak terucap dari mulutnya. Sadar tidak digubris, gadis itu mulai meluncurkan rengekannya. Bibirnya mengerucut jenaka, fokusnya kini sudah berpindah pada Sasuke yang masih sibuk dengan ponsel dan headset-nya.
“Sasuke-kun …,” rengek Sakura menarik ujung kaos Sasuke, “… ambilkan minum, ya?”
“… Hn,” respons Sasuke singkat sambil melepaskan headset-nya.
Sakura hampir berteriak girang karena akhirnya Sasuke bereaksi. “Jangan lama-lama!”
Blam.
Sosok Sasuke menghilang ditelan oleh pintu, membuat kamar berukuran persegi Sasuke terasa sedikit hampa. Bosan, emerald Sakura bergerak, mencari sesuatu yang bisa ia isengi. Dan, tada! Indra penglihatannya tertuju pada ponsel beserta headset yang ditinggalkan Sasuke.
Kesempatan untuk mencari tahu apa yang selama ini didengar oleh Sasuke akhirnya tiba! Tanpa pikir panjang, ia pun mengambil ponsel putih yang tergeletak di lantai. Beruntung Sasuke bukan tipe orang yang suka memberi kode pada ponselnya.
Karena itu, mudahlah bagi Sakura untuk mengutak-atik ponselnya. Namun, belum sempat ia menekan list lagu yang dimainkan oleh Sasuke, ponsel tersebut telah direbut oleh pemiliknya.
“Yaaahh,” desah Sakura, refleks mengerutkan alisnya. Kesal karena gagal membuka salah satu rahasia yang selalu Sasuke simpan sendiri.
Sasuke menatap Sakura dalam diam, sedang tangannya menyodorkan segelas air putih dingin pada kekasihnya yang langsung diterima Sakura dengan ekspresi cemberut.
Membuang muka adalah hal pertama yang dilakukan Sakura yang kemudian dilanjutkan dengan meminum air itu. Sebuah ponsel yang disodorkan ke depan wajahnya membuat perhatian Sakura teralihkan. Selanjutnya, hanya tatapan bingung tanpa suaralah yang dilemparkan oleh gadis itu.
“Kau mau tahu, kan? Dengar saja,” jawab Sasuke, menatap dalam emerald milik Sakura.
Mata Sakura berkejap pelan. “Eh? Serius?”
Pertanyaan itu hanya dijawab Sasuke dengan gerakan memasangkan headset putihnya ke salah satu telinga Sakura. Sedang satunya lagi ia masukkan pada telinganya sendiri. Lelaki itu membuka kunci ponselnya, namun gerakannya terhenti sebelum memutarkan apa yang selama ini ia dengar. Penasaran, Sakura mendekatkan wajahnya ke wajah Sasuke untuk dapat melihat layar ponsel lelaki itu.
Voice one, voice two, voice three, itulah yang terbaca oleh Sakura. Alisnya berkerut bingung, tidak dapat menebak apa isi dari file itu.
“Sebenarnya yang kudengarkan selama ini adalah…,” indra pendengaran Sakura dapat menangkap suara Sasuke yang kemudian digantikan dengan suara yang sudah tidak asing lagi di telinga gadis itu.
Sakura hanya diam, menatap kosong layar ponsel milik Sasuke. Pikirannya terfokus pada suara yang mengalir lewat headset yang terhubung pada telinganya.
“… suaramu.” Sasuke mengakhiri perkataannya dengan gerakan tangan yang bermaksud merangkul Sakura agar mendekat padanya.
Ah … sampai detik ini pun Sakura masih tidak dapat berkomentar apa-apa. Suara ini … suara yang selalu didengarkan Sasuke setiap saat … ternyata adalah suara Sakura yang direkam oleh Sasuke diam-diam. Tanpa sadar, setitik demi setitik air matanya mengalir.  Terharu, jelas sekali Sakura terharu. Melihat Sakura yang menangis, Sasuke pun menepuk pelan kepala gadis itu.
“Itulah mengapa selama ini aku tidak mau memberitahukannya padamu, Sakura.”
Peringkat tetap: Sakura … kaulah yang selalu menjadi prioritas utama Sasuke. Bukan tomat, bukan juga headset.

fin …